Dalam bisnis kopi, ada satu tantangan yang pasti dirasakan para pelakunya. Yaitu bagaimana memberikan ciri khas pada produk yang dibuat, sekaligus mempertahankan cita rasa dari produk tersebut.

Hal itu dialami oleh Arif Hidayat, co-founder Kopi Lim yang berbasis di Tangerang. Baginya, menu andalan atau signature harus dipunyai setiap pelaku bisnis kopi agar tidak ditinggalkan oleh pelanggannya.
“Awal sekali, saya buka bisnis ini karena suka ngopi. Kemudian saya lihat bisnis kopi menjamur. Ditambah dorongan dari keluarga yang sudah di bisnis ini. Saya pun tertarik dan mulai coba tahun 2017 dengan skala kecil,” kata Arif
“Kopi bukan bisnis yang musiman atau menjadi tren. Sehingga saya yakin bisnis kopi akan terus berkembang. Makanya, saya mau memaksimalkan satu outlet dulu dari tahun 2019 hingga 2021. Jika di tengah jalan ada kesempatan baik, bisa dicoba.”
Keyakinannya terhadap bisnis kopi yang dijalaninya sangat berdasar. Arif menuturkan, kopi adalah kebutuhan setiap orang, tidak sekadar tren.
“Mungkin menunya yang tren, seperti kopi gula aren. Tapi semua minuman yang berbahan dasar kopi pasti laku dan bertahan.”
“Rata-rata konsumen kopi sekarang naik kelas. Walau belum signifikan, saya melihat bahwa orang tidak hanya mencari seberapa bagus tempatnya, tapi mementingkan rasa dari kopi di tempat tersebut,” ujar pemilik Kopi Lim yang juga berprofesi sebagai pengacara ini.
Karena itu, lanjut Arif, mayoritas pengunjung yang datang ke Kopi Lim betah berkat rasa kopinya, bukan karena tempat. “Di tempat yang baru, kita akan menambahkan berbagai menu makanan. Jadi pengunjung tidak cuma ngopi saja.”
Salah satu menu yang menjadi signature di sini adalah Kopi Khas Lim. “Ini menu andalan kita, yaitu kopi gula aren, merajai hampir 60 % penjualan harian. Dan setiap orang yang datang ke tempat kita lebih sering memesan Kopi Khas Lim. Itu alasan mereka datang,” ucap dia.

Yang membedakan Kopi Khas Lim dari kopi gula aren lain ada di teknik pengolahannya. “Takaran antara gula dan susu disesuaikan. Memang pada dasarnya bahan yang kita gunakan gula aren, cuma proses mengolahnya sedikit berbeda.”
Arif menyebut, usahanya tidak lepas dari hambatan. Terutama mengenalkan produknya ke masyarakat.
“Desember 2017, awal membuka bisnis ini, saya sempat mencoba berbagai macam formula untuk marketing. Entah promo buy one get one, atau menawarkan dengan cuma-cuma. Yang pasti semuanya pendekatan pribadi,” kata Arif.
“Tantangan berikutnya, usaha kita berada di area perkantoran. Kalau di hari kerja, banyak orang yang datang. Sementara Sabtu dan Minggu, kawasan ini sangat sepi. Makanya saya buka jam tiga sore kalau hari Sabtu, dan Minggu tutup. Untuk hari biasa, Kopi Lim buka dari jam delapan pagi sampai sembilan malam.”
Ditambahkan Arif, dirinya berminat membuka cabang di tengah kota Jakarta. “Memang saya tertarik untuk buka cabang baru, kira-kira di daerah Tebet. Tapi saya masih mempertimbangkan segala kesiapannya. Ya kita lihat saja nanti.” (TSID)